Sabtu, 10 Maret 2012

Ziarah dan Berdoa di Pulau Dewata

Sebuah tempat ziarah yang baru diberkati di Pulau Bali sangat berarti bukan hanya bagi umat Katolik tetapi juga umat Hindu setempat yang pergi dan berdoa di sana.

Setiap hari umat Katolik baik dari dalam maupun dari luar propinsi yang mayoritas Hindu itu mengunjungi tempat ziarah di Palasari tersebut. Satu-satunya desa yang mayoritas Katolik di Bali terletak di Kabupaten Melaya, sekitar 90 kilometer barat laut Denpasar, ibukota propinsi.

Peziarah mengunjungi tempat ziarah yang memiliki sebuah gua Maria dan Jalan Salib itu sejak awal tahun ini, bahkan sebelum tempat ziarah itu diberkati pada bulan September, kata Pastor Laurensius Maryono.
Selain umat Katolik, tempat ziarah itu juga menarik perhatian sejumlah umat Hindu yang tinggal di sekitar wilayah tersebut, lanjut pastor paroki itu. "Hampir setiap malam ada saja umat yang datang ke sini untuk berdoa sesuai iman mereka di depan Gua Maria."

Tempat ziarah itu, Palinggih Ida Kaniyaka Maria (tempat suci Maria), dibangun di sebelah Gereja Hati Kudus Yesus. Pembangunan dimulai 2005, dan Uskup Agung Leopoldo Girelli, Duta Vatikan untuk Indonesia, memberkati tempat ziarah itu pada 15 September, ketika paroki itu merayakan ulang tahun ke-50 gedung gerejanya dan ulang tahun paroki ke-68 parokinya.

Berbicara kepada sekitar 1.000 umat pada acara itu, Uskup Agung Girelli mengatakan bahwa Bali merupakan tujuan wisata internasional. Ia berharap tempat ziarah itu "tidak hanya menjadi berkat bagi umat Palasari, tapi berkat bagi semua orang yang datang ke sini."

UCA News mewawancarai sejumlah warga setempat yang mengatakan bahwa mereka sudah merasakan manfaat dari kunjungan dan doa di tempat ziarah itu.

Damianus Duran mengatakan bahwa ia mengunjungi tempat ziarah itu empat kali bersama keluarganya, dan mereka merasakan kedamaian. "Hampir tidak ada persoalan yang tidak dapat diatasi," kata bapak berusia 52 tahun yang memiliki tiga anak itu. "Saya sadar ini bukan karena kemampuan saya, tapi perlindungan dan doa-doa Bunda Maria."

Pada satu dari empat kunjungannya, pria Katolik itu mengajak tetangganya yang beragama Hindu -- seorang pegawai negeri sipil yang mengatakan bahwa ia ingin mengunjungi tempat ziarah itu tapi tidak berani -- beserta keluarganya.

Wanita itu, Jro Pudak, 43, mengatakan bahwa sebelumnya, saat ia berdoa di rumah, ia mendapat sebuah penampakan dari seorang wanita yang mengaku sebagai Bunda Maria. "Ia hadir tiba-tiba saja. Seperti sebuah bisikan, Bunda Maria meminta saya untuk datang ke tempatnya di Palasari dengan membawa bunga dan buah-buahan sebagai persembahan," kenang Pudak.

Bunga dan buah-buahan adalah persembahan yang umum diberikan oleh umat Hindu di Bali pada upacara-upacara keagamaan. Pudak mengatakan bahwa ia berdoa dan bermeditasi selama dua jam di tempat ziarah itu tanpa meminta sesuatu apa pun, karena ia hanya ingin menyampaikan terima kasih kepada Bunda Maria yang telah mendatangi dia malam itu.

"Saya yakin bahwa Bunda Maria adalah perantara doa kita kepada Tuhan," lanjutnya, seraya menambahkan bahwa ia merasakan perubahan dalam dirinya setelah mengunjungi tempat ziarah itu. "Saya seorang pemarah, cemburu. Namun semua itu sudah berubah. Saya menjadi lebih sabar dan tidak cemburu. Saya yakin Ibu Maria telah membersihkan diri saya," katanya.

Seorang Hindu setempat lainnya, Ni Made Suartini, telah mengunjungi tempat ziarah itu dua kali dalam seminggu selama tiga bulan. "Permohonan saya ingin sembuh dari sakit mata," kata wanita berusia 45 tahun yang matanya buta sejak satu tahun lalu.

"Saya bermimpi didatangi seorang perempuan cantik dan meminta saya untuk datang ke tempatnya," kata Suartini. Esok harinya, ia pergi ke tempat ziarah itu bersama seorang saudara beragama Katolik untuk pertama kalinya.

Sejak itu, setiap kali ia selesai berdoa di tempat ziarah itu, ia membasuh matanya dengan air suci di sana. "Setiap membasuh muka, dari mata saya keluar batu-batu kecil mirip pasir. Setelah itu mata saya rasanya agak lega," kata Suartini. Selama tiga bulan, penglihatannya mulai ada perubahan meskipun masih samar-samar.

Palinggih Ida Kaniyaka Maria merupakan tempat ziarah kedua di Bali. Tempat ziarah yang pertama, Gua Maria Sanih Water yang terletak sekitar 60 kilometer utara Denpasar, diberkati dan diresmikan oleh almarhum Uskup Denpasar Mgr Benyamin Yosef Bria tahun 2005.

Palasari, sebagai pemukiman umat Katolik pertama di Bali, telah lama menarik perhatian umat Katolik yang mengunjungi pulau itu.

Sumber: UCA News

Tidak ada komentar:

Posting Komentar