Kata “devosi” dari bahasa Latin yaitu devotio, yang kata kerjanya ialah devovere, berarti suatu sikap hati serta perwujudannya, yang dengannya orang secara pribadi mengarahkan diri, kepada sesuatu atau seseorang, yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan ditujui. Dalam hal ini, bila seorang anak ternyata punya sikap hati yang secara pribadi diarahkan kepada kedua orang tuannya, berarti anak ini sungguh berdevosi kepada kedua orang tuanya. Bila sasaran “devosi” itu adalah Allah dan apa saja yang berkaitan dengan Allah, misalnya Bunda Allah, lalu menjadi devosi keagamaan. Jadi devosi kepada Maria Penolong Umat Kristiani adalah sebuah devosi rohani, dan karena itu juga sebagai dovosi dalam Gereja.
Dasar Kitab Suci
Ada orang bertanya: “Apakah ada bukti-bukti peryataan dalam Kitab Suci yang menunjuk tentang Maria Penolong Umat Kristiani?” Ada pertanyaan lain yang lebih sengit: “Kalau pendasaran pada Kitab Suci sangat penting bagi kehidupan iman kita, lalu apakah devosi kepada Maria Penolong Umat Kristiani dapat dibenarkan karena bisa dibuktikan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas di dalam Kitab Suci?”
Terhadap pertanyaan-pertanyaan ini, jawaban yang masuk akal dan memadai tidak boleh jatuh pada sekedar berargumen bahwa devosi itu memang tidak ada di dalam Kitab Suci tetapi ada di dalam Tradisi Suci Gereja Katolik. Repotnya kalau tidak diberikan dengan pasti suatu atau beberapa petunjuk tradisi tertentu. Yang diperlukan justeru menemukan bagian-bagian dari Perjanjian Baru yang menghadirkan hal-hal tentang Bunda Maria. Melalui penafsiran, pemahaman dan refleksi atas teks-teks tersebut, dapat ditangkap fungsi atau peran Maria sebagai penolong yang menjadi perantara karya Allah bagi manusia.
Jawaban “Ya” Maria saat menerima kabar sukacita merupakan peristiwa pertama Maria menjadi seorang penolong bagi karya penebusan dan penyelamatan dunia dan manusia (Lukas 1, 38). Dalam kunjungannya kepada saudarinya Elisabet, Maria tampil sebagai seorang penolong (Lukas 1, 39-44). Pada saat pesta pernikahan di Kana, Maria berada di sana untuk membantu (Yohanes 2, 1-11). Di Kavari, Maria sungguh setia menemani Puteranya yang menghadapi kematian demi keselamatan dunia (Yohanes 19, 25-27). Selama hari-hari antara Kenaikan Tuhan dan datangnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, Maria selalu berada di sana sebagai penolong bari para rasul yang dihantui ketakutan.
Dari semua petunjuk mengenai peran Maria sebagai pembantu ini, para ahli dalam Gereja menilai bahwa dasar Kitab Suci yang sangat menonjol ialah saat Maria menerima kepercayaan langsung dari Puteranya untuk menjadi penolong utama bagi seluruh pengikutNya, seluruh Gereja. Dari atas salib, Yesus berseru kepadanya: “Wanita, inilah anakmu”. Lalu kepada murid kekasihnya Ia berkata: “Inilah ibumu.” Peristiwa di Kalvari itu menjadikan Maria sebagai ibu kita semua. Maria tidak hanya menerima gelar “Penolong Umat Kristiani”, tetapi juga mengambil tugas, wewenang dan kewajiban dari gelar ini. Bahwa Maria telah mengerti tujuan dari Yesus di kayu salib dalam arti ini, dan bahwa Ia membuat Maria menjadi Ibu dan Penolong semua umat Kristiani, telah terbukti dengan banyak sekali perbuatannya sejak peristiwa di Kalvari itu.
Sejarah devosi
Perbuatan-perbuatan Bunda Maria sebagai penolong selanjutnya terbukti dalam sejarah Gereja Katolik melalui peristiwa-peristiwa berikut ini: pertama, pada waktu kepemimpinan Paus Pius V, Gereja mencatat kemenangan dalam perang melawan bangsa Turki dekat Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571. Mengikuti tradisi yang umum, Don Bosco menghubungkan asal mula gelar Maria Penolong Umat Kristiani dengan kemenangan Gereja Katolik ini.
Kedua, pada masa kepemimpinan Paus Innocentius XI, orang-orang Muslim mencoba lagi menyerbu Eropa melalui perang di Vienna pada tahun 1683. Pasukan Kristiani pada waktu itu dipimpin oleh Yohanes Sobiesky menang dalam perang ini dan orang-orang Muslim sekali lagi mundur. Setelah kemenangan ini, devosi kepada Maria Penolong Umat Kristiani semakin menyebar di dalam Gereja. Banyak kelompok pelayanan dan doa memakai nama ini.
Ketiga, ketika Napoleon Bonaparte menawan Paus Pius VII, doa-doa dan persembahan dipersembahkan kepada Maria. Akhirnya Paus dibebaskan pada tanggal 24 Mei 1814. Dalam sebuah dekrit, pada tanggal 15 September 1815, Paus menetapkan Pesta Maria Penolong Umat Kristen untuk dirayakan pada setiap tanggal 24 Mei. Paus menjadikan ini sebagai tanda syukurnya kepada Bunda Allah, karena ia menghubungi Maria dengan pembebasannya dan kembalinya ia ke Roma.
Sudah lama Don Bosco setia dengan devosi kepada Maria Penghibur (Maria Konsolata). Ketika ibunya, Mama Margareta meninggal dunia, Don Bosco pergi ke gereja Maria Konsolata untuk berdoa meminta Bunda Maria supaya sejak saat itu menjadi penolong bagi Oratori, menggantikan Mama Margareta. Di samping itu Don Bosco juga sangat mengidolakan Maria Dikandung Tanpa Noda yang sangat berguna bagi efektifnya sistem pendidikan yang diterapkannya. Apalagi bukan kebetulan, namun sebagai rancangan Allah yang menyelenggarakan tanggal 8 Desember 1841 sebagai permulaan karyanya kepada anak-anak muda di Turin. Saat itu ia berjumpa dengan anak terlantar, Bartolomeus Garelli, dan memulai Oratorium.
Dalam mimpinya tetang dua pilar, dia mengatakan bahwa di atas sebuah tiang ada patung Maria Dikandung Tanpa Noda, dan di kakinya terbaca tulisan ukuran besar “Auxilium Christianorum” yang artinya “Penolong Umat Kristiani.” Sementara itu di atas meja tulisnya ada patung Maria ukuran kecil dengan di kakinya terbaca “Penolong Umat Kristiani Yang Tak Bernoda.” Kemudian Basilika Maria Penolong Umat Kristiani yang dibangun di Turin, ia menempatkan patung Maria Tak Bernoda di atas kubahnya. Paus Pius IX yang memberikan indulgensi penuh bagi yang mengunjungi gereja itu berkata: “Kami memberikan indulgensi penuh kepada semua orang yang akan mengunjungi gereja di Turin yang dipersembahkan kepada Maria Perawan Tak Bernoda, yang diberi gelar “Maria Penolong Umat Kristiani.”
Dari semua kejadian di masa lalu itu, nampaknya Don Bosco tidak dapat melepaskan gelar “Maria Dikandung Tanpa Noda,” karena baginya hal itu sangat berarti bagi metode pendidikannya. Karena itu ia menyatukan dua gelar tersebut: ”Yang Dikandung Tanpa Noda” dan “Penolong Umat Kristiani, dan menyebut Bunda Maria “Penolong Umat Kristiani Yang Tak Bernoda.”
Warisan abadi
Penting dan bermanfaatnya devosi kepada Maria Penolong Umat Kristiani mesti dilihat juga pada aspek bagaimana ia dikembangkan dan diwariskan oleh Don Bosco. Ada semacam cita-cita yang ingin dicapainya, pertama-tama agar anak-anak di Oratori memiliki devosi ini kemudian generasi-generasi para Salesian sepanjang zaman. Maria Penolong Umat Kristiani, secara konstitusional ditetapkan menjadi pelindung utama Serikat Salesian Don Bosco. Untuk selanjutnya, Don Bosco dan para Salesian pendahulu yang kini berada di surga pasti merasa gembira karena tahu bahwa devosi ini telah menjadi suatu warisan abadi di dalam Gereja.
Ada tiga “monumen hidup” yang dapat dijadikan wakil dari warisan abadi ini. Pertama, Don Bosco mengambil inisiatif untuk bersama Maria Domenica Mazzarello mendirikan Serikat Puteri-Puteri Maria Penolong Umat Kristiani atau kini lazim dikenal sebagai FMA. Adalah sangat berarti kalau “monumen hidup” ini dalam aneka cara dan kesempatan selalu menyadarkan semua orang bahwa Bunda Maria Penolong Umat Kristiani berada di sekitar kita. Tugas membesarkan “monumen hidup” ini baik secara kuantitas maupun kualitas menuntut kerja keras terus-menerus supaya warisan ini tetap abadi dan menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Kedua, Don Bosco mendirikan suatu gerakan yang dinamakan Putera-putera Maria. Awalnya ia bermaksud supaya di dalam sekolah-sekolah atau Oratori ada anak-anak yang dapat dibimbing untuk menemukan panggilan-panggilan gerejani. Kemudian perhatian juga diberikan kepada orang-orang muda yang dapat mengikuti panggilan yang terlambat atau panggilan dewasa untuk menjadi imam. Belakangan dalam kenyataan Don Bosco sendiri menyadari bahwa panggilan dewasa ini sangat efektif baik ketika menjalani pembinaan maupun saat menyelesaikannya dan menjalankan kehidupan menurut panggilannya itu. Don Bosco pernah berkata kepada para Salesian: “Karya Bunda Maria melalui Putera-putera Maria ini terbukti menghasilkan sama saudara yang sungguh bagus, dengan panggilan mereka yang meyakinkan.” Ternyata “monumen hidup” ini sampai kini tetap menjadi tumpuhan untuk membesarkan panggilan-panggilan baru baik untuk Salesian maupun Gereja Lokal.
Ketiga, Don Bosco juga mendirikan Archconfraternitas Pengikut Setia Maria Penolong Umat Kristiani. Tujuannya ialah untuk mengembangkan devosi umat beriman kepada Maria Penolong Umat Kristiani dan kepada Sakramen Mahakudus. Pendirian yang dilakukan di gereja Maria Penolong Umat Kristiani di Turin ini lalu disampaikan Don Bosco kepada Paus Pius IX. Kemudian Paus memberikan restu dan dukungannya untuk selamanya supaya “monumen hidup” bertahan sepanjang masa. Kini “monumen hidup” ini terdapat di mana-mana, khususnya di tempat-tempat karya Salesian.
Di antara warisan-warisan abadi Don Bosco berkenaan dengan devosi ini, mungkin paling laris dipakai di mana-mana ialah “Berkat Maria Penolong Umat Kristiani”. Sepertinya devosi ini tidak lengkap kalau tidak ada curahan rahmat Allah kepada manusia melalui berkat ini. Berkat ini terdiri dari formula singkat yang didahului dengan rumusan dialog antara imam yang memberi berkat dan orang yang menerima. Lalu diikuti dengan doa oleh imam dan diakhiri dengan berkat. Setiap imam Salesian mendapat kehormatan untuk menyampaikan berkat ini. Permohonan apa pun yang disampaikan kepada Allah atas nama berkat ini pasti akan terjawab, demikian menurut Don Bosco, asal untuk kebaikan dan keselamatan jiwa-jiwa. Ternyata sudah terbukti sejak zaman Don Bosco ada banyak mujisat yang terjadi melalui kemurahan berkat Maria Penolong Umat Kristiani.
Kehidupan Don Bosco dan para Salesian sesudahnya tidak bisa terlepas dari Bunda Maria Penolong Umat Kristiani. Dia adalah mahkota, keindahan dan kemurahan hati dalam hidup para Salesian dan karya-karyanya. Dia melekat pada hati setiap anggota Keluarga Salesian. Sampai kini tugas Keluarga Salesian masih tetap sama, yaitu dengan selalu menuruti yang dikatakan oleh Don Bosco: “Kita berutang semua keberhasilan kita kepada Maria … Jika para anggota Keluarga Salesian menjawab dengan setia panggilan-panggilan mereka, mereka akan dapat melihat sendiri keajaiban-keajaiban yang akan Bunda Allah perbuat bagi mereka.”
P. Peter Tukan, SVD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar